Senin, 01 November 2010

STRATEGI DALAM PENELITIAN EKSPERIMENTAL

STRATEGI DALAM PENELITIAN EKSPERIMENTAL

Manakala sebuah penelitian harus mencapai tujuannya untuk menjelaskan, memprediksi, dan mengontrol perilaku atau peristiwa, maka hubungan kausalitas antar fenomena di lapangan haruslah ditemukan terlebih dahulu. Dengan menyusun sebuah hipotesis, anda membuat langkah awal dalam upaya untuk mendapat sebuah penemuan. Setelah anda memprediksikan adanya hubungan antara dua variabel atau lebih, anda menarik kesimpulan konsekuensi apa yang harus diobservasi untuk menguji apakah hubungan itu benar adanya dan untuk memilih rancangan penelitian atau merencanakan untuk melaksanakan pengujian. Tujuannya adalah untuk memilih pengujian yang paling cocok dan tepat yang memberikan jalan yang mungkin dan etis dalam mengatasi masalah. Para peneliti lebih menyukai menggunakan uji hipotesis menggunakan eksperimen terkontrol manakala metode ini bisa untuk digunakan. Kontrol yang dibuat memberikan kepastian yang lebih besar untuk para peneliti dari pada menggunakan kajian non-eksperimental bahwa temuan yang berkaitan dengan hubungan-hubungan yang diprediksi tersebut valid secara empiris.


[download artikel lengkap di sini atau di sini!!]



DASAR PENELITIAN EKSPERIMENTAL
Pada kajian penelitian eksperimental, para peneliti melakukan semua tahapan yang tertera dalam proposal peneliti mereka. Faktor kunci yang membedakan kajian eksperimental dengan metode penelitian lainnya adalah bahwa para peneliti mengontrol manipulasi X, variabel eksperimental, untuk memastikan apakah X terhubung dengan kejadian, kondisi, atau efek tertentu. Untuk memanipulasi X, para peneliti menentukan kelompok apa yang akan diperlakukan terhadap ada dan tidaknya X atau beragam level X.

Dasar-dasar Eksperimen
Karena sebuah hipotesis memprediksikan akan adanya dua variabel atau lebih yang terkait, maka akan selalu ada paling tidak dua variabel utama dalam pemikiran eksperimen: variabel independen (variabel bebas), X, yang sengaja dimanipulasikan: variabel dependen (variabel terkait), Y, yang merupakan hasil atau konsekuensi manipulasi yang diprediksikan pada variabel independen.
Sebuah hipotesis menyatakan bahwa satu kondisi awal (variabel independen) terkait dengan adanya kondisi, kejadian, atau efek lainnya (variabel dependen). Untuk menguji sebuah konsekuensi yang telah diambil dari sebuah hipotesis, anda perlu untuk memanipulasi variabel independen dan mengontrol semua variabel lainnya yang memungkinkan mempengaruhi variabel dependen. Kemudian anda observasi dan ukur apa yang terjadi pada variabel dependen, mungkin saja karena terjadinya perlakuan pada variabel independen. Variabel dependen merupakan sebuah fenomena yang nampak, menghilang, atau berubah manakala anda menerapkan, menghilangkan, atau mengubah variabel independen nya.

Contoh Eksperimen
Sebuah variabel independen dapat dimanipulasi atau dibedakan minimal menggunakan dua cara: dengan ada atau tidak adanya serta dengan level kemunculan yang berbeda. Dalam pendidikan, para eksperimen dapat membedakan beberapa kondisi di sekitar lingkungan para siswa dan mengobservasi dampaknya dalam prestasi mereka. Mereka dapat mengasumsikan bahwa anak-anak akan belajar mengeja lebih baik manakala praktik yang diberi jeda diterapkan dari pada praktik yang sekaligus. Variabel independen yang mereka manipulasi untuk menguji hipotesis ini adalah “pemberian jeda latihan.” Variabel dependen yang berkaitan dengan efek manipulasi ini adalah kemampuan mengeja. Selama melakukan eksperimen, peneliti berupaya untuk menjaga semua kondisi agar tetap sama untuk kedua kelompok tersebut kecuali bahwa satu kelompok yang belajar mengeja selama enam puluh menit seminggu dan kelompok lainnya menggunakan sesi latihan selama lima belas menit sehari di setiap empat hari pertama tiap minggunya. Maka, perbedaan dalam kemampuan mengeja dari kedua kelompok tersebut di akhir eksperimen agaknya dapat dikaitkan dengan manipulasi terhadap variabel independen—pemberian jeda latihan.

KONTROL EKSPERIMEN
Ide pokok di balik penelitian eksperimental adalah kontrol, dimana dalam sebuah kajian yang terkontrol peneliti mencari dua jenis bukti empiris:
1. Kelompok Eksperimental
Jika X, maka Y.
Jika X dilakukan pada kelompok eksperimental, maka Y akan terjadi.
2. Kelompok Kontrol
Jika tidak X, maka tidak Y.
Jika X tidak dilakukan pada kelompok kontrol (yang mirip dengan kelompok eksperimental kecuali perlakuan terhadap X), maka Y tidak akan terjadi.
Strategi eksperimental tidaklah sederhana; peneliti tidak hanya memanipulasi satu variabel untuk melihay apa yang terjadi pada variabel lainnya; sebuah eksperimen membutuhkan observasi yang terkontrol. Mendapatkan dan mengontrol ekspresi dalam variabel independen akan melibatkan usaha yang sungguh-sungguh. Mengidentifikasi dan mengontrol variabel lain yang mungkin saja mempengaruhi variabel dependen sama juga merupakan hal sulit dan penting. Untuk menentukan variabel apa yang akan mempengaruhi variabel dependen, anda tidak boleh memilih variabel anda secara acak, tetapi anda perlu memilihnya dengan hati-hati pilihan mana yang paling penting untuk anda buat. Pengalaman terdahulu yang ada kaitannya dengan fenomena tersebut dan analisa yang hati-hati akan memberikan beberapa petunjuk. Pemeriksaan terhadap kajian eksperimental di lapangan akan memberikan informasi tentang variabel yang mempengaruhi variabel dependen yang telah ditemukan peneliti lainnya.

Tujuan Kontrol
1. Mendapatkan pemisahan; untuk mencegah factor selain variabel independen yang akan mempengaruhi variabel dependen, anda dapat menghilangkan variabel yang tidak diinginkan atau yang bertentanangan, atau anda dapat tetap bertahan pada efeknya dan juga menyamakan kemunculannya pada kelompok eksperimental ataupun kontrol.
2. Mendapatkan perubahan pada cakupannya; anda harus menentukan berapa banyak pengaruh yang berkontribusi di dalamnya dengan cara mengubah cakupan variabel eksperimental. Manakala variabel independen tidak cukup untuk mengubah tingkatan kontrol melalu langkah tingkatan yang sempurna, anda perlu untuk menginvestigasi ada atau tidaknya faktor tertentu yang mempunyai efek tertentu dan mengganti dengan yang lain untuk mempelajari pembagian efek.
3. Mendapatkan evaluasi kuantitatif; anda akan mengetahui tidak hanya bahwa satu ekspresi variabel lebih kecil atau besar dari yang lainnya akan tetapi tepatnya seberapa lebih besar atau kecilnya variabel itu. Manakala dua variabel itu terkait secara fungsional, anda tidak hanya menyatakan bahwa keduanya terkait secara positif maupun negative akan tetapi juga perlu untuk menyatakan tingkatan spesifik untuk hubungan dalam bentuk beberapa nilai numerik.

Metode Kontrol
1. Manipulasi Fisik
Banyak cara manipulasi fisik yang dapat dilakukan untuk (1) memberikan perlakukan yang sama untuk semua subjek pada variabel independen, atau (2) mengontrol variabel non-eksperimental yang mempengaruhi variabel dependen. Cara mekanikal dapat dipikirkan: seorang peneliti mungkin saja menjadikan ruangan kedap suara atau cahaya atau menutupi subjek untuk menyaring stimuli yang tidak diinginkan; menggunakan sebuah takhitoskop untuk menampilkan sebuah subjek dengan jumlah kata tertentu, angka, gambar untuk sesaat selagi jeda; atau membangun sebuah kebingungan untuk mempelajari sebuah kemampuan untuk belajar. Cara elektrikal dapat digunakan untuk memberikan efek pada kontrol: seorang peneliti dapat menggunakan motor dengan kecepatan konstan untuk mengemudikan berbagai jenis peralatan, seperti drum memori yang memperlihatkan materi melalui sebuah slot di dalam sebuah mesin selagi drum tersebut berputar pada kecepatan yang telah dipilih. Cara Pembedahan dapat digunakan untuk menjalankan kontrol: seorang peneliti dapat menghilangkan kelenjar dari tubuh binatang atau untuk menghancurkan jaringan di bagian tertentu di otak untuk menetukan efeknya pada perilaku. Cara Parmakologikal, seperti perubahan diet, obat, atau ekstrak kelenjar juga digunakan untuk mendapatkan kontrol.
2. Manipulasi Selektif
Selain untuk memastikan bahwa temuan eksperimental tidak hanya mengukur perbedaan pada cara yang mana subjek eksperimental dan kontrol diperlakukan, peneliti juga perlu berusaha keras untuk menjaga kondisi itu konstan untuk kedua kelompok tersebut. Jika tidak bisa menjaga kondisi konstan tersebut, peneliti terpaksa harus menyeimbangkan kembali, mengacak kembali, atau menyeimbangkan variabel yang tidak diinginkan yang mungkin saja mempengaruhi skor variabel dependen. Apapun yang mempengaruhi skor variabel dependen pastinya akan mempengaruhi skor kedua kelompok tersebut. Namun pada dasarnya, seorang peneliti dapat mengasumsikan bahwa temuan eksperimental dihasilkan dari variabel independen dan bukan dari perbedaan dalam kelompok tersebut.
3. Manipulasi Statistikal
Bila variabel tidak dapat dipertanggungjawabkan dengan kedua manipulasi di atas, maka dapat dikontrol menggunakan teknik statistikal yang dapat mencapai presisi yang sama manakala digunakan untuk mengevaluasi efek variabel. Teknik ini bermanfaat khususnya dalam sebuah situasi dimana variabel ganda berhubungan secara fungsional dengan efek tertentu, sesering yang terjadi pada kasus-kasus di dunia pendidikan.

Jenis Faktor yang Dikontrol
Sebelmunya anda perlu memahami simbol-simbol yang digunakan pada bab ini:
1. Variabel Independen X. Variabel independen—yang sering disebut dengan treatment (perlakuan), eksperimental, atau variabel sebelumnya—dilambangkan dengan simbol X. Bila terdapat beberapa treatment yang dilakukan dan dibandingkan, maka dilambangkan X1, X2, dll
2. Variabel dependen Y. Variabel dependen yang sering disebut dengan “kriteria” atau “variabel yang diprediksi” dilambangkan dengan Y.
3. Peneliti E. Yakni orang yang melakukan penelitian atau memanipulasi kondisi eksperimental dan dilambangkan dengan E atau Es bila terdapat lebih dari satu peneliti.
4. Subjek S. Subjek untuk organisme yang hidup dilambangkan dengan S atau Ss bila subjek lebih dari satu.
5. Kelompok kontrol dan eksperimental. Kelompok yang diperlakukan dengan X disebut kelompok eksperimental, bila tidak disebut dengan kelompok kontrol.
6. Pretes T1 dan postes T2. Pretes dilakukan sebelum X sedangkan postes dilakukan setelah X.
7. Mean M. Untuk mencari mean (skor rata-rata) sebuah kelompok, peneliti menjumlahkan semua nilai anggota kelompok dan membaginya jumlah anggotanya.
8. Populasi. Keseluruhan unit (subjek, objek, dan kejadian) dalam kelompok.
9. Sampel. Merupakan populasi yang dipilih.
Memilih desain eksperimental yang valid merupakan keputusan terpenting yang anda buat, terdapat dua jenis validitas yang digunakan pada penelitian eksperimental:
1. Validitas Internal
Anda perlu memastikan apakah X benar-benar membuat perubahan pada Y dan juga harus menyisihkan hipotesis alternative yang mungkin yang dapat menjelaskan hasil temuan kajian anda. Pastikan juga bahwa variabel tersebut tidak membuat efek yang menjadikan salah dalam efek X.
 Riwayat/sejarah kontemporer; pengalaman subjek baik di dalam maupun di luar seting eksperimental di samping perlakuan pada X yang dapat mempengaruhi skor variabel dependen. Peneliti biasa menggunakan istilah “membaurkan” untuk mengindikasikan bahwa efek tersebut terjadi karena adanya pemcampuran dua variabel atau lebih.
 Proses pendewasaan. Proses biologis dan psikologis pada subjek dapat berubah selama proses eksperimen yang pastinya akan mempengaruhi respon mereka.
 Prosedur pretes. T1 menjadi pengalaman belajar yang akan mempengaruhi Ss untuk mengubah jawaban mereka pada T2 baik X di aplikasikan atau tidak.
 Instrumen Pengukuran. Perubahan dalam instrumen pengukuran, penilaian manusia, pewancara dapat mempengaruhi pengukuran yang dicapai.
 Kemunduran statistik. Sering terjadi pada penelitian pendidikan dimana kelompok yang ada mendapatkan nilai skor atau pun mean dari T1 dan T2 karena ada beberapa hal yang mempengaruhinya.
 Perbedaan dalam pemilihan subjek; akan membedakan hasil yang diperoleh antara kelompok eksperimental dan kelompok kontrol.
 Kematian pada kelompok eksperimental; hilangnya seorang dalam kelompok setelah eksperimen akan mempengaruhi mean pada T2.
 Hubungan antara pemilihan dan pendewasan, pemilihan dan riwayat/sejarah, dll. Bukan X yang mempengaruhi skor T2 ketika kelompok eksperimental dan kontrol mendapatkan skor T1 yang sama, namun dipengaruhi adanya intelegensi, motivasi, dan hubungan lainnya.
2. Validitas Eksternal
Hal yang perlu diperhatikan saat menguji validitas eksternal sebuah desain penelitian:
 Efek interakasi dari kebiasan pemilihan dan X. Ciri khas dari Ss yang dipilih untuk berpartisipasi dalam sebuah eksperimen menentukan seberapa jauh hasil temuan itu dapat digeneralisasikan.
 Reaktif atau efek pengaruh pretes. Pretes dapat meningkatkan atau menurunkan sensitivitas Ss eksperimental terhadap X; dapat juga menyiagakan mereka terhadap issu, permasalahan, atau kejadian yang biasanya mereka tidak sadari. Sehingga, Ss tidak lagi bisa menjadi wakil dari populasi yang tidak ikut pretes awalnya.
 Efek reaktif dari prosedur eksperimental. Prosedur yang diterapkan pada eksperimental dapat menjadikan efek yang membatasi kemungkinan generalisasi hasil temuan eksperimental.
 Interfensi treatmen ganda. Jika Ss yang sama diperlakukan secara berulang dengan dua atau lebih Xs, efek pada Xs sebelumnya tidaklah hilang; oleh karena itu hasil temua hanya dapat digeneralisasikan untuk mereka yang mengikuti rangkaian treatmen yang sama berulang-ulang.

DESAIN MENGGUNAKAN KONTROL MINIMAL
Desain Pretes – Postes Satu Kelompok (Desain 1)
Dengan desain ini, variabel dependen diukur sebelum variabel independen diterapkan atau dihilangkan dan kemudian diukur kembali setelahnya. Sejumlah perubahan yang terjadi dikomputasikan.

Prosedur Desain
Untuk mengetahui apakah metode pengajaran yang baru dapat meningkatkan kecepatan membaca, maka E melakukan langkah-langkah berikut:
1. Menyelenggarakan T1 untuk mengukur kecepatan membaca untuk satu kelompok dan mendapatkan mean untuk kelompok tersebut.
2. Menjalankan X—metode pengajaran baru—pada Ss untuk beberapa waktu.
3. Menyelenggarakan T2 untuk mengukur kecepatan membaca, dan membandingkan mean T1 dan T2 untuk mengetahui perbedaan apa yang telah dibuat oleh adanya X.
4. Memanfaatkan sebuah teknik statistik untuk mengetahui apakah perbedaan tersebut signifikan secara statistik.

Validitas Internal
Pretes di sini akan memberikan informasi yang memungkinkan E untuk mengetahui bagaimana kemampuan SS sebelum dilakukannya X dan siapa pula yang gagal dari eksperimen tersebut. Bila menggunakan Ss yang sama pada T1 dan T2, maka variabel pemilihan dan kematian harus dikontrol. Akan tetapi bila Ss gagal dalam eksperimen, tidak hadir dalam sesi testing dan eksperimen, atau diganti oleh Ss yang baru, maka faktor kematian (keabsenan) lah yang memunculkan adanya perbedaan dalam hasil tesnya.
Desain ini mempunyai banyak kekurangan, diantaranya tidak adanya kemungkinan bagi E untuk mengetahui apakah perbedaan antara skor T1 dan T2 disebabkan oleh karena X atau oleh karena variabel riwayat/sejarah, pendewasaan, pretesting, kemunduran statistic, instrument, atau karena pengaruh antara pemilihan dan pendewasaan.

DESAIN MENGGUNAKAN KONTROL YANG TEPAT
Kelompok Kontrol
Untuk mengatasi kesulitan yang ada di Desain 1, maka perlu ditambahkan dengan kelompok kontrol yang akan memberikan E sebuah pembanding yang sangat diperlukan dalam ilmu pengetahuan. Kelompok kontrol ini akan menguatkan pendirian E bahwa variabel independen hanyalah bertanggung jawab atas perubahan yang terjadi pada variabel dependen.
Untuk mengurangi kesangsian akan faktor apa yang sebenarnya mempengaruhi perubahan mean di T2, maka asumsikan saja bahwa E hanya menjalankan X untuk salah satu kelompok saja, selebihnya E menggunakan perlakuan yang sama. Dengan demikian E dapat memutuskan bahwa perbedaan dalam perkembangan membacanya itu hanya dipengaruhi oleh X saja, yakni metode membaca yang baru. Para pendidik menekankan bahwa kesuksesan eksperimen terletak pada satu asumsi penting: bahwa kelompok eksperimental dan kontrol sama dalam hal semua faktor yang mempengaruhi variabel dependen kecuali dalam hal perlakuan X untuk mereka.

Penugasan Acak untuk Masing-masing Kelompok
Ini merupakan metode terbaik untuk mencapai persamaan eksperimental dimana teknik pengacakan telah direkomendasikan terlebih dahulu untuk memilih Ss dari populasi bersamaan untuk mendapatkan sampel Ss yang representatif. Setelah sampel populasi acak didapat, Ss tersebut ditempatkan pada kelompok eksperimental dan kontrol guna mendapatkan kesamaan dalam kelompok tersebut. Demikian juga diberlakukan cara yang sama untuk guru, ruang kelas, peralatan, dan lama jam sehingga dapat mencegah E untuk baik sengaja maupun tidak sengaja menempatkan yang terbaik di kelompok eksperimental.
Procedur pengacakan tidak menghilangkan variabel tambahan seperti IQ ataupun usia yang mungkin saja mempengaruhi variabel dependen ataupun mengontrol kemunculannya. Meskipun begitu, hokum peluang berlaku disini dimana semakin banyak jumlah Ss maka akan semakin seimbang kelompok itu nantinya.

Menyesuaikan Penugasan Acak
Pasangan-pasangan Ss yang disesuaikan pada skor T1-nya dan/atau pada variabel lainnya yang diketahui mempunyai sebuah efek pada variabel dependen, seperti IQ, umur, jenis kelamin, ataupun latar belakang sosioekonominya. Masing-masing anggota dari tiap pasangan secara random ditempatkan pada kelompok kontrol dan yang lainnya pada kelompok eksperimental sehingga E mempunyai jaminan yang lebih besar bahwa perbedaan antara mean skor T2 masing-masing kelompok dapat dikaitkan dengan X.
Kesulitan yang biasa ditemui adalah kesulitan dalam menentukan variabel mana yang mempengaruhi variabel dependen dan mana pula yang harus digunakan sebagai sebuah dasar penyesuaian.

Penugasan Acak dan Analisa Kovarian
Sarana statistik ini akan memungkinkan E untuk mengatur mean skor T2 untuk mengimbangi kurangnya kesamaan alami antara kedua kelompok yand ditemukan ketika T1 itu diberikan atau yang muncul selama eksperimen. Analisa ini merupakan pengganti dari teknik penyesuaian karena analisa ini dapat mengurangi proses-proses testing dan penghilangan jumlah Ss yang sulit untuk mendapatkan pasangan yang sesuai, dan semakin mudah dengan bantuan komputer dalam menghitung analisa kovarian ini.
Manakala analisa ini digunakan, satu kovarian atau lebih pada tambahan variabel dependen itu harus diukur. Kovarian merupakan sebuah variabel yang belum terkontrol di eksperimen dan diyakini dapat mempengaruhi variabel dependen.

Kesalahan Penyesuaian tanpa Penugasan Acak
1. Pasangan yang disesuaikan. Penyesuaian hanya menyamakan sedikit hal, namun manusia mempunyai perbedaan yang sangat besar. Variabel lain di luar hal yang disesuaikan tadi mungkin saja akan mempengaruhi variabel dependen, dan efeknya juga akan membuat salah efek pada X. menyesuaikan Ss semirip mungkin dalam dua populasi menyeluruh akan meningkatkan presisi pada metode tersebut. Namun di sisi lain juga akan meningkatkan populasi yang tidak dapat disesuaikan khususnya mereka yang mendapatkan nilai yang tinggi atau pun rendah, dan mengacuhkannya akan membatasi populasi yang mana hasil temuan itu dapat digeneralisasikan.
2. Kelompok yang disesuaikan. Jika kesulitan mendapatkan Ss yang sesuai, maka para peneliti terdahulu berupaya untuk menyesuaikan dua kelompok. Dua kelompok tersebut dipilih yang terdapat penyuaan rata yang sama akan variabel yang terkait dan pola distribusi skor mean yang sama. Teknik kelompok yang disesuaikan ini tidak akan menyamakan kelompok tersebut; ini hanya akan membuat mereka nampak agak sama dalam beberapa aspek. Oleh karena itu variabel yang tidak sesuai akan memunculkan masalah nantinya.

Desain Pretes-Postes Kelompok Kontrol yang Diacak (Desain 2)
Prosedur Desain
Langkah-langkah yang harus dijalankan oleh E ketika menggunakan desain 2
1. Memilih Ss dari populasi dengan metode acak
2. Tempatkan Ss dan X pada masing-masing kelompok secara acak
3. Ujikan Ss menggunakan variabel dependen untuk menghasilkan mean skor T1
4. Pastikan semua kondisi sama untuk semua kelompok kecuali perlakuan untuk Ss eksperimental
5. Ujikan Ss menggunakan variabel dependen untuk menghasilkan mean skor T2
6. Cari perbedaan antara skor T1 dan T2 untuk setiap S dan mean perbedaannya untuk setiap kelompok
7. Bandingkan masing-masig kelompok untuk menentukan apakah penerapan X telah menyebabkan seuah perubahan pada skor kelompok eksperimental yang dibandingkan dengan skor kelompok kontrol
8. Jalankan prosedur statistik yang tepat untuk memastikan apakah perbedaan pada skor tersebut cukup besar perbedaan ataukah hanya mungkin akan terjadi.

Validitas Internal
Efek banyaknya variabel yang muncul antara T1 dan T2 (intersesion) diseimbangkan oleh adanya kelompok kontrol yang diacak. Kejadian historis kontemporer dan perubahan dalam instrumen pengukuran yang terjadi antara T1 dan T2 dialami oleh semua kelompok; oleh karena itu efek variabelnya akan sama dan tidak dapat menyebabkan kesalahan pada X.
Meskipun beberapa tindakan pencegahan harus diperhatikan untuk mengontrol kondisi intrasesion yakni perbedaan kelompok eksperimental dan kontrol alami ketika mereka diuji dan dilatih secara terpisah.

Validitas Eksternal
Keitika desain 2 digunakan dengan memberikan pretes dapat membatasi kemampuan untuk generalisasi untuk hasil temuan. Karena dengan mengadakan pretes akan membuat Ss tidak lagi mewakili populasi yang dari mana Ss tersebut diambil. Selain itu pengaruh pemilihan dan X juga akan terjadi bila menggunakan desain 2, dalam hal ini latar belakang kebudayaan, atau beberapa ciri khas Ss lainnya yang di pilih untuk berpartisipasi dalam sebuah eksperimen, membuat treatmen dalam kelompok eksperimental menjadi lebih efektif dari pada siswa lainnya.
Untuk meminimalisasi efek reaktif dari prosedur eksperimental, perlu ada sebuah usaha untuk menjaga Ss dan mereka yang mengurus treatmen atau tes tersebut menjadi tidak sadar akan fakta bahwa sebuah eksperimen sedang dilakukan. Data yang lebih akurat akan dapat dicapai manakala Ss berpikir mereka mendapatkan treatmen yang sama atau jika mereka paling tidak tidak menyadari treatmen mana yang mereka terima.

Desain Empat Kelompok Solomon Acak (Desain 3)
Desain 3 memecahkan permasalahan kelemahan validitas eksternal yang ada di Desain 2. Pretes pada Desain 2 dapat menjadikan sampel Ss yang berpatisipasi dalam eksperimen lebih atau kurang sensitif terhadap X dari pada anggota populasi yang tidak dilakukan pretes. Konsekuensinya, seseorang tidak dapat menggeneralisasi hasil temuan eksperimental untuk sampel populasi tersebut.

Prosedur Desain
Untuk menyelesaikan pengaruh pretes dan X, Desain 3 menambahkan dua kelompok yang tidak dilakukan pretes (3 dan 4) untuk dua kelompok pada Desain 2. Satu kelompok yang dilakukan pretes dan satu kelompok yang tidak dilakukan pretes akan menerima treatmen yang sama. Ss harus disebar ke dalam keempat kelompok tersebut, selain itu penugasan acak untuk Ss akan memungkinkan kita untuk mengasumsikan bahwa skor pretes untuk kelompok 3 dan 4 akan mirip dengan apa yang diperoleh kelompok 1 dan 2.

Validitas Desain
Desain ini akan memungkinkan E untuk mendapatkan nilai empiris untuk hal-hal yang tidak diketahui lebih banyak dari pada desain lainnya, akan tetapi desain ini membutuhkan lebih banyak waktu, Ss dan tenaga manusia. Pada paradigma Desain 3 terdapat serangkaian variabel yang dapat bertindak dengan sendirinya (efek utama) dan secara bersama-sama (efek pengaruh) dapat berkontribusi pada perbedaan antara skor kelompok pada T1 dan T2.
Dengan menggunakan kelompok eksperimental dan kontrol baik yang dilakukan pretes maupun tidak pada desain empat kelompok, E dapat mengatasi pengaruh pretes dan X. Desain ini memungkinkan E untuk menilai efek utama T1, X, U, dan efek pengaruh pretes dan X.
Prosedur statistik lainnya adalah dengan menghindari penggunaan skor pretes yang diasumsikan untuk kelompok 3 dan 4 dengan alasan bahwa hanya dengan setengah kelompok yang dilakukan pretes, simetris pada desain itu hanya akan membuat analisis varian untuk mendapatkan skor tidak lagi tepat.

Desain Postes Semata untuk Kelompok Kontrol yang Acak (Desain 4)
Desain 4 terdiri dari dua kelompok terakhir pada desain Solomon: dua kelompok yang tidak diberikan pretes.

Prosedur Desain
Seperti pada semua desain yang terkontrol dengan hati-hati, sebelum diterapkannya X, Ss ditempatkan secara acak pada kelompok eksperimental dan kontrol. Di sini E menghilangkan pretes karena teknik pengacakan memungkinkan E untuk menyatakan bahwa waktu penugasan untuk semua kelompok adalah sama. Teori kemungkinan menyadarkan E pada hal dimana Ss yang ditempatkan secara acak pada kedua kelompok dapat diharapkan terjadinya perbdaan dalam T1 dengan sendirinya dan tes signifikansi akan memunculkan kemungkinan perbedaan tersebut.
Setelah Ss ditempatkan pada kelompok secara acak, kelompok eksperimental diberikan X, sedangkan kelompok kontrol tidak. Selagi atau setelah diberikan X, kedua kelompok tersebut diberikan tes untuk pertama kalinya, kemudian skor mereka dibandingkan untuk mengetahui efek X tersebut, dan tes signifikansi yang tepat diberikan juga untuk menetukan apakah perbedaan ini lebih besar dari pada yang terjadi dengan sendirinya.

Validitas Desain
Karena kelompok kontrol acak yang digunakan dan tidak ada T1 yang diberikan, Desain 4 mengontrol—dan tidak mengukur—efek utama riwayat/sejarah, pendewasaan, dan pretes. Pada desain ini tidak terjadi efek pengaruh pretes, selain itu dapat dilakukan dengan tidak rumit dan hanya membutuhkan sedikit usaha dibandingkan dengan desain 2 dan 3. Anda tidak perlu melakukan T1, dan banyak contoh yang memperlihatkan bahwa X dan T2 dapat dilakukan secara simultan.
Namun bila jumlah sampel populasi sedikit, lebih baik untuk menggunakan Desain 2 karena skor T1 akan memberikan tambahan kesamaan dalam kelompok tersebut.

Analisis Faktor pada Desain Varian
Tidak selamanya E mampu menjaga semua kondisi itu konstan karena adanya fenomena sosial dan biologis sehingga E dapat menghindari atau mengacuhkan fungsi variabel yang simultan dengan apa yang X pengaruhkan saat dalam keadaan normal. Oleh karena X tidak mungkin menghasilkan efek yang sama dengan sendirinya seperti apa yang dapat dilakukan ketika bersamaan dengan X lainnya, maka temuan yang terpusat pada X tunggal tidak lagi signifikan.

Prosedur Desain
Prosedur ini melibatkan dua variabel independen atau lebih, dan masing-masing dibedakan dalam dua cara. Desain faktor yang paling simpel adalah 2 kali 2 (2 X 2) dimana ada dua Xs (faktor) yang dipelajari yang masing-masing dibedakan dalam dua cara (dua tingkat atau dua nilai).

Informasi Desain
Data pada desain 2 X 2 memungkinkan kita untuk menjawab tiga pertanyaan berikut ini:
1. Apakah efek utama (independen) dari metode pengajaran X1 terhadap skor pencapaian?
2. Apakah efek utama dari lamanya kelas terhadap skor pencapaian?
3. Apakah efek pengaruh metode pengajaran dan lamanya kelas terhadap skor pencapaian?

Desain Data Menunjukkan Tidak Adanya Efek Pengaruh
Dengan tidak adanya pengaruh antara X1 dan X2, maka efek pada X1 dalam hal pencapaian belajar hampir sama dengan yang dicapai dengan kedua variasi X2. Cara lain untuk menggambarkan tidak adanya pengaruh tersebut adalah dengan menghitung perbedaan antara mean kelompok tersebut

Desain Data Menunjukkan Efek Pengaruh
Keadaan di atas akan berubah bila kita menukar data sehingga peneliti akan menyadari terjadinya efek pengaruh tersebut.

Desain Tambahan
Desain 2 X 2 tidak memungkinkan kita untuk menambahkan X dan kelompok X lainnya. Namun sebenarnya kita bisa menggunakan desain 2 X 3 (dua variabel independen; dibedakan ke dalam dua cara, atau terkadang dibedakan ke dalam tiga cara), yakni 3 X 3, 2 X 2 X 2, dll. Desain faktor yang lebih rumit dari desain 2 X 2 X 2 dapat menjawab pertanyaan yang lebih banyak, namun desain yang makin komplek akan menjadi susah diterapkan.
Ciri penting dari desain faktor adalah bahwa beberapa hipotesis dapat diujikan secara simultan dan juga telah melepaskan para pendidik dari ketergantungan akan desain klasik sehingga mereka tidak lagi harus melakukan serangkaian eksperimen X tunggal untuk menjawab banyak pertanyaan tentang efek yang mana Xs yang berbeda miliki dalam hal pencapaian belajar.

DESAIN DENGAN KONTROL PARSIAL
Desain Pretes-Postes Kelompok Kontrol yang Tidak Acak (Desain 5)
Menerapkan prosedur pengacakan tidaklah sulit, tetapi perlu untuk mengatur jadwal kelas, menyebarkan Ss untuk berpartisipasi, dan memperoleh sampel yang cukup banyak untuk meyakinkan bahwa hukum peluang akan berlaku tidak selamanya berjalan. Oleh karena itu, dalam keadaan tertentu anda mungkin harus menggunakan kelompok yang disatukan, seperti satu kelas seluruhnya, untuk Ss eksperimental dan kontrol yang anda lakukan.

Prosedur Desain
Paradigma yang digunakan dalam desain ini sama dengan desain 2, bedanya terletak pada simbol (R) yang dihilangkan untuk mengindikasikan tidak adanya penugasan acak untuk kelompok. Di desain ini, Ss tidak ditempatkan pada kelompok secara acak. Kelompok yang disatukan yang sama-sama mendapatkan ijin dipilh dan diberikan pretes. Mean skor pretes dan standar deviasi kelompok tersebut dibandingkan untuk mengecek kesamaannya.

Validitas Internal
Munculnya satu kelompok kontrol memungkinkan anda untuk mengasumsikan bahwa efek utama pada riwayat, pretes, pendewasaan, dan instrument tidak akan menyebabkan salahnya X, dan akan terjadi pada kelompok eksperimental maupun kontrol. Meskipun muncul juga perbedaan yang kelompok itu alami ketika diuji secara terpisah dan oleh karena itu perlu ada pemikiran yang lebih serius. Data T1 dan T2 yang ada akan menunjukkan apakah ada perbedaan dalam hal kematian/hilangnya anggota kelompok.
Sumber validitas internal yang belum pernah dibahas sebelumnya adalah kenyataan bahwa pengaruh pemilihan dan pendewasaan, pengaruh pemilihan dan riwayat, dll, akan terjadi. Meskipun anda memilih kelompok yang sama dan yang mempunyai skor mean yang hampir sama, tetapi tidak ada pengacakan, kemungkinan yang terjadi bahwa perbedaan yang membedakan masing-masing kelompok dapat menjadikan X salah.

Validitas Eksternal
Muncul permasalahan yang sama dengan desain 2, namun dapat ditanggulangi dengan acara ciri khusus pada desain ini.
Di sini terjadi pengaruh pemilihan dan X karena ciri tertentu yang dimiliki Ss dan X dapat menjadi lebih efektif untuk mereka dibandingkan dengan anggota populasi lainnya yang mana anda harapkan bisa menjadi general. Dan juga, efek reaktif dari prosedur eksperimental dapat menghambat proses generalisasi, meski tidak sebanyak dengan apa yang terjadi pada Desain 2.

Desain Seimbang (Desain 6)
Desain ini disebut juga sebagai desain rotasi, simpangan, atau peralihan; dimana desain ini paling umum digunakan ketika hanya ada sedikit jumlah Ss yang tersedia, tanpa ada pretes, dan terdapat lebih dari satu variasi X yang diujikan.

Prosedur Desain
Pada desain ini, semua Ss akan diterapkan X pada waktu yang berbeda selama masa eksperimen. Jika jumlah skor X dari kedua kelompok dibandingkan, perbedaan antara jumlah Xa dan Xb tidak dapat diinterpretasikan sebagai hasil perbedaan awal dari kedua kelompok tersebut, karena hanya sekali saja masing-masing kelompok mempengaruhi X; atau tidak dapat pula perbedaan itu diinterpretasikan sebagai hasil dari perbedaan antara tata cara tes, karena hanya sekali saja masing-masing tes mempengaruhi X.

Validitas Desain
Desain melengkapi kekurangan kontrol pada desain 5 dimana kelompok yang tidak diacak itu tidak sama dalam semua hal, terdapat beberapa perbedaan diantaranya, seperti intelegensi satu kelompok, yang pada akhirnya akan menjadikan X salah. Desain 6 merotasi atau menetralkan perbedaan Ss awal dan oleh karena itu menghasilkan semacam persamaan kelompok. Karena Xs diberlakukan untuk semua kelompok dan setiap waktu, maka jumlah skor Xs tersebut dapat dibandingkan. Perbedaan dalam jumlah tersebut tidak dapat dikaitkan dengan perbedaan kelompok sebelum dilakukan eksperimental semata.
Desain ini memunculkan permasalahan yang serius dalam bidang pendidikan; yakni efek pemberlakuan X dapat hilangkan dan dikombinasikan dengan pengukuran X selanjutnya.

Desain Rentang Waktu Satu Kelompok (Desain 7)
Desain ini sama dengan desain 1 kecuali beberapa pengukuran yang dilakukan sebelum dan setelah pengenalan X. Paradigma yang digunakan adalah pemberian beberapa pretes dan postes dengan memberikan X di antaranya.

Validitas Internal
Rentang waktu yang dibutuhkan untuk mengadakan beberapa tes akan memungkinkan terjadinya ketidak-valid-an internal yang lebih banyak dibandingkan dengan Desain 1. Ketika menggunakan desain ini, pembenaran untuk mengambil keputusan bahwa X menyebabkan efek yang ada tergantung pada stabilitas perform ataupun pengukuran sebelumnya.
Dengan adanya serangkaian tes yang dilakukan, maka memunculkan sebuah keuntungan yang besar dibandingkan Desain 1. Jika tidak ada perbedaan yang cukup besar pada empat skor T pertama, maka perbedaan antara dua skor T pertama setelah X nampaknya buka disebabkan oleh pendewasaan, tes, atau kemunduran.

Validitas Eksternal
Pengaruh pretes dan X bisa terjadi pada desain ini. Jika tes pencapaian atau Ts lainnya yang biasanya digunakan di sekolah digunakan pula pada desain ini, maka tidak ada permasalahan yang terjadi. Beberapa tes umumnya tidak reaktif karena populasi yang mana orang inginkan untuk men-generalisasikan juga mengalaminya. Meskipun, Ts yang unik dapat membuat Ss berbeda dari populasi umum dari mana dia berasal; konsekuensinya, hasil temuannya hanya akan cocok untuk diterapkan untuk Ss yang mengikuti pretes khusus ini.
Pengaruh pemilihan X juga terjadi pada desain ini, dimana E dapat memilih Ss yang mempunyai catatan kehadiran penuh selama tambahan waktu, atau pengulangan Ts unik dapat menyebabkan ketidakhadiran. Data yang didapat dalam keadaan ini akan tidak lagi mewakili efek X untuk semua populasi.

Desain Rentang Waktu Kelompok Kontrol (Desain 8)
Desain ini menggunakan satu kelompok kontrol untuk memecahkan salah satu kelemahan Desain 7; kegagalan untuk mengontrol riwayat. Jika kelompok kontrol gagal menunjukkan hasil T4 dan T5, sedangkan kelompok eksperimental bisa. Maka akan menjadi masuk akal dalam hal riwayat kontemporer yang menunjukkan hasil X itu sangat berkurang dan kedua kelompok tersebut telah mengalami kejadian tersebut.
Desain ini lebih baik dari pada Desain 5 karena mampu mengontrol pengaruh pemilihan-pendewasaan. Jika satu kelompok dapat mendapatkan nilai yang lebih besar dari pada lainnya, maka hasil yang dipercepat ini akan ditunjukkan pada tes pre-X.

EVALUASI PENELITIAN EKSPERIMENTAL
Eksperimentasi memberikan penjelasan yang berkaitan dengan hubungan antara fenomena pendidikan untuk sebuah tes empiris. Pada kajian eksperimental, anda memanipulasi beberapa variabel dan mengobservasi efek yang terjadi pada kondisi yang terkontrol dengan baik. Anda juga mendeskripsikan prosedurnya sehingga peneliti lainnya dapat mengecek hasil temuan anda yang terjadi dalam kondisi yang sama. Eksperimentasi menjadi pengadilan kebenaran yang tertinggi: eksperimentasi memperhalus dan mempertegas proses pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan

Formulasi Permsalahan
Metode keilmuan dalam penelitian membutuhkan analisa penuh terhadap suatu permasalahan, formulasi hipotesis yang tepat, pernyataan yang tepat atas konsekuensi yang dapat diujikan yang secara logika dapat disimpulkan darinya, dan pemeriksaan yang tepat pada asumsi dan argumen logika yang menggaris bawahi rencana-renacan eksperimen.
1. Pernyataan Hipotesis
Hipotesis memberikan alat yang memberikan kenyataan yang diperoleh oleh E yakni sebuah kesempatan untuk menegaskan ataupun melemahkan apakah hubungan ditetapkan diantara fenomena pendidikan itu ada. Sayangnya, banyak Es yang yang menitikberatkan pada desain eksperimental dan prosedur statistic serta memberikan perhatian yang kurang cukup untuk premis-premis teoritikal dari investigasi mereka. Desain eksperimental dan teknik statistik hanya memeriksa hipotesis yang mana peneliti telah kembangkan atau mengambil dari teori yang sudah ada di lapangan. Hasilnya, eksperimen yang dijalankan secara cerdas hanyalah sedikit bila hal ini menguji hipotesis yang sangat kurang.
2. Keterikatan Alasan
Pembahasan yang muncul dalam banyak penelitian gagal menunjukkan keterikatan penggunaan alasan deduktif-induktif ke dalam fokus yang tepat. Kebutuhan akan sebuah hipetesis permasalahan rupanya tidak diketahui, atau kebingungan yang ada akan fungsi hipetesis pemsalahan dan hipotesis statistik. Pernyataan berikutnya nampak agak lebih masuk akal, karena banyak Es melaporkan hipotesis statistikal atau null seolah-olah ini adalah hipotesis permasalahan. Dalam banyak kajian, hipotesis permasalahan tidak ditunjukkan dalam bentuk “jika-maka” yang formal. Pembaca harus menyatakan kembali permasalahan di bentuk ini untuk memeriksa logika argumen. Peneliti harus membuat argumen dalam keterikatan alasan deduktif-induktif mereka dalam laporan penelitiannya.
3. Pengujian Asumsi
Para peneliti diharuskan untuk menganalisa secara kritis terhadap asumsi yang menggarisbawahi setiap fase rencana eksperimental, untuk mengurangi asumsi yang tidak dapat mempertahankan, dan untuk mengenali implikasi apa yang asumsi miliki untuk interpretasi hasil temuannya.

Observasi dan Eksperimen
Penelitian eksperimental menyesuaikan diri dengan metode keilmuan dalam memperoleh pengetahuan dalam keadaan dimana observasi yang terkontrol digunakan untuk menguji hipotesis.
1. Kesalahan Potensial dalam Eksperimen
Petunjuk untuk melakukan banyak investigasi sangatlah samar-samar untuk menghasilkan hasil yang dapat diandalkan. Seringkali Es tidak menuliskan instuksi mendetail langkah demi langkah untuk setiap prosedur dan tidak mengantisipasi kemugkinan-kemungkinan yang kebetulan yang mungkin saja muncul dalam kaitannya dengan Ss, seting, atau instrumen. Sehingga Es dan asistennya sering mendapati ketidaksamaan data untuk Ss yang sama.
Beberapa peneliti yang tidak teliti dalam memilih dan mempertahankan alat-alat yang mereka gunakan untuk mengukur pengaruh variabel, untuk menjaga faktor tetap konstan, untuk memanipulasi variabel, dan untuk menjelaskan atau memperbesar fenomena. Yang lainnya gagal karena Es membutuhkan keterlibatan dan usaha Ss yang lebih realistik dari yang diinginkan, memberikan instruksi yang sangat rumit, menggunakan prosedur yang secara intelektual banyak tuntutan atau terlalu tidak familiar bagi Ss, atau menyeting situasi eksperimental yang sangat direncakan atau yang tidak dipercaya yang membuat Ss menjadi cemas.
Jika Es tidak menetukan prosedur apa yang akan digunakan untuk menganalisa data sebelum melaksakan eksperimen tersebut, godaan sangat besar untuk fokus pada data yang mendukung hipotesis dan untuk mengacuhkan atau menhilangkan hasil yang buruk.
2. Kontrol Eksperimen
Dalam pengetahuan fisik, penelitian yang pada biasanya dilakukan di dalam laboratorium yang kemudian harus dijalankan di luar karena alasan jumlah sampel yang dilibatkan, dan selanjutnya diciptakan kembali di dalam laboratorium tidak akan selalu bereaksi terhadap X dengan cara yang sama seperti apa yang mereka dapat lakukan saat keadaan normal. Untuk mengatasi hal ini, dalam ilmu social seringkali menguji hipotesis dalam tempat kejadian layaknya di dalam ruang kelas. Mereka menggunakan sebanyak mungkin kontrol, akan tetapi banyak variabel tambahan yang mungkin menyebabkan variabel dependen naik bila dilakukan di luar laboratorium.
Karena kompleksitas fenomena pendidikan, mendapatkan variabel apa yang digunakan untuk mengontrol dan menentukan bagaimana untuk mengontrolnya dalam seting yang sulit sekalipun. Para pendidik tidak mungkin mampu untuk mengidentifikasi semua variabel tambahan relefan yang dapat mempengaruhi variabel dependen.

Generalisasi dan Prediksi
Ilmuwan berpikir bahwa mereka dapat memahami fenomena manakala mereka dapat memperhitungkan hasil temuan dari sebuah kajian untuk Ss dan situasi lainnya. Hal ini umumnya dapat terjadi pada bidang ilmu pasti, namun ilmuwan sosial tidak dapat memperhitungkan hasil temuan untuk diterapkan pada semua orang.
1. Sampel Subjek dan Populasi Non-subjek
Hasil temuan eksperimental yang terlalu digeneralisasikan merupakan sebuah kesalahan umum dalam penelitian pendidikan. E harus memilih sampel yang mewakili dari populasi non-subjek sama baiknya dari populasi S yang mana peneliti harapkan bisa digeneralisasikan. Manakala hasil temuan kajian mempunyai penerapan yang sangat luas, desain eksperimental harus menggabungkan sampel yang mewakili (1) situasi normal dimana X ditemukan, (2) variabel pengukuran, (3) tugas atau materi pembelajaran, (4) metode menjalankan treatmen eksperimental, dan (5) Es.
2. Kemampuan Untuk Di-generalisasikan dari Desain Penelitian
Desain eksperimental klasik telah membantu para pendidik untuk meraih pandangan yang berguna ke dalam fenomena mereka, akan tetapi “hukum variabel tunggal” telah menghalangi perkembangan generalisasi yang signifikan dalam bidang ini. Ketika seseorang harus memisahkan dan membedakan satu X pada saat yang bersamaan selagi menjaga agar efek variabel lainnya tetap konstan, maka efek yang seseorang amati mungkin saja tidak dapat digeneralisasikan untuk situasi non-laboratorium. Fenomena pendidikan biasanya merupakan hasil dari banyak variabel yang berjalan secara simultan di dalam kelas, dan sebuah variabel dapat menghasilkan efek yang berbeda manakala berinteraksi dengan variabel yang lain. Pendidik perlu untuk memperoleh lebih banyak informasi tentang interaksi variabel dalam proses pendidikan yang sedang berjalan. Hal ini telah dipenuhi oleh adanya perkembangan desain factor yang memungkinkan untuk memanipulasi sampel dari sejumlah populasi secara simultan.
3. Akumulasi dari Pengetahuan yang Dapat Dipercaya
Pada poin ini, mungkin nampak bahwa pencarian akan pengetahuan yang benar/pasti sepenuhnya mengelakkan para peneliti. Di permukaan, kebutuhan akan kepastian tidak nampak menjadi sebuah persyaratan yang tidak masuk akal dengan istilah modern know-how, akan tetapi meski bagaimanapun untuk mencapainya ini merupakan satu hal yang tidak mungkin. Ketidakmampuan untuk mendapatkan kepastian/kebenaran berasal dari fakta bahwa desain eksperimental tidaklah sempurna; desain ini tidak mampu untuk membuat bukti yang secara universal hal itu pasti/benar. Karena eksperimental hanya akan menciptakan pernyataan kemungkinan semata. Singkatnya, pernyataan eksperimental merupakan kesimpulan statistic; pernyataan tersebut dapat meraih sebuah tingkat kemungkinan hanya bila dalam keadaan satu rangkaian antara kebenaran dan kesalahan.
Sehingga, tujuan anda adalah untuk membuat desain se-validitas eksternal mungkin tanpa kehilangan validitas internal. Dan melalui pengulangan, anda dan peneliti lainnya harus mengetahui berapa banyak kepercayaan diri yang dapat diletakkan dalam hipotesis. Manakala hipotesis itu dibenarkan berulang kali, kemungkinan bahwa hal itu “benar” akan meningkat pula, dan pengetahuan ini dapat menjadi sebuah bagia ilmu yang berkembang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar