Jumat, 12 November 2010

Guru dan Pencuri

Saya tidak hendak mengatakan bahwa guru itu adalah profesi yang sama dengan pencuri, atau guru itu kong-kalikong dengan pencuri, sama sekali bukan. Tetapi kata-kata ini merupakan sindiran bagi guru-guru yang biasa digunakan di Jepang,. Kata-kata tersebut berbunyi,  Dua profesi yang sama-sama tidak mau dilihat oleh orang lain disaat dia melakukannya, ialah profesi seorang guru dan pencuri”. Apa benar ? Tentu tidak serta merta benar, tetapi bila dilihat alasannya mungkin bisa sedikit masuk akal.

Kepala sekolah biasanya akan melakukan supervisi kelas pada tiap semester untuk melihat proses pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru. Kenyataanya sering dijumpai apabila kepala sekolah akan melakukan supervisi kelas, maka beberapa guru yang kebetulan hari itu mengajar, langsung saja mengadakan ulangan harian. “pak, hari ini anak-anak ulangan harian” katanya dengan enteng seakan tanpa dosa. Otomatis kelas menjadi tenang, sunyi dan serius. Guru hanya duduk diam dikursi  depan kelas, sang kepala sekolah juga hanya diam, dengan sebuah kegagalan, yaitu gagal mengikuti proses pembelajaran yang terjadi. Hal lain yang pernah penulis ketahui ada seorang guru yang telah menerangkan suatu materi pelajaran dengan penuh semangat dan suara yang lantang di depan kelasnya, mendadak terhenti tanpa suara, karena mendengar langkah kaki yang mendekati ruang kelasnya, entah takut atau malu tedengar oleh orang lain, atau mungkin kata-katanya hanya untuk siswanya saja.. Suatu hal yang pasti, bahwa sebagai guru, kita harus mengakui bahwa dalam proses pembelajaran yang kita lakukan di kelas, masih belum menjadi suatu kebiasan untuk dilihat, diamati bahkan dikritik oleh orang lain. Supervisi kepala sekolah yang seharusnya merupakan hal yang biasa saja, menjadi momok bagi seorang guru. Tentu bagi guru-guru yang kurang siap dan tidak profesional. cerita lain dari sebuah sekolah kecil dan terpencil dimana penulis sebagai guru disana, Sekolah tersebut dipimpin oleh kepala sekolah yang enerjik, pekerja keras, dan profesional. Suatu kali kepala sekolah tersebut ingin mengadakan supervisi kelas terhadap semua guru, maka dibuatlah jadwal yang tersusun rapi oleh sie kurikulumnya, tetapi ada saja alasan guru-guru menunda-nunda jadwal supervisi tersebut,  hingga pada akhirnya supervisi itupun tidak pernah terlaksana sampai pergantian kepala sekolah yang baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar